Media Televisi Sebagai Media Pembelajaran

Perkembangan dunia informasi telah menghasilkan beberapa inovasi yang menakjubkan. Televisi adalah salah satunya yang telah menuai sukses besar dalam hal ini. Sejak ditemukannya, pada permulaan abad ke sembilan belas, kini, kita dapat menikmati berbagai peristiwa di dunia hanya dengan memencet tombol-tombol kotak elektronik tersebut di rumah kita.

Televisi dapat dijadikan sarana pembelajaran yang efektif dan efisien. Keuntungan ini tersedia melalui berbagai tayangan yang disajikannya. Kita hanya tinggal memilah dan memilih tayangan atau saluran-saluran televisi mana yang cukup memadai sebagai sarana pembelajaran kita. Di sini televisi diletakkan pada kerangka positif, sebagai media pertukaran informasi, pemikiran, dan karya, sebagai media bahan kajian ilmiah, dokumentasi, dan lain sebagainya [1].


Kita dapat mengetahui berita terkini yang terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Sebagai contoh, pada peristiwa pemboman WTC di New York, AS beberapa tahun lalu, hanya selang beberapa menit setelah peristiwa itu berlangsung, kita bisa mengetahui perkembangan terakhirnya dari stasiun televisi CNN (saluran khusus program berita). Bahkan, kita pun bisa melihat secara langsung berbagai pertandingan-pertandingan olahraga Internasional seperti World Cup Football, Tennis Wimbledon, Kejuaraan Bulutangkis All England, pertandingan basket NBA dan masih banyak lagi. Semuanya dapat kita nikmati dalam waktu yang bersamaan. Televisi di sini berperan sebagai media pertukaran informasi yang efektif, menghemat waktu dan biaya.

Beberapa saluran program televisi di dunia ada yang berperan sebagai media dokumentasi berbagai kajian ilmu. Discovery Channel, National Geographic dan Planet Animal adalah contoh saluran yang menayangkan acara-acara dokumenter, misalnya menceritakan berbagai kejadian alam (letusan gunungberapi, banjir, tsunami dan topan), berbagai kasus besar kriminal yang ditangani FBI, juga peristiwa bersejarah di dunia seperti perkembangan kerajaan-kerajaan di Eropa, Asia, dan Afrika, serta beberapa penemuan-penemuan antropologi di masa lalu. Di samping itu, ada juga yang menyuguhkan pengetahuan atau penemuan-penemuan terkini yang menakjubkan di bidang teknologi dan kedokteran. Berbagai acara tersebut tentunya akan sangat membantu dalam menambah pengetahuan kita khususnya para pelajar. Program-program acara ini dapat dijadikan alternatif sarana pembelajaran di samping belajar formal di dalam kelas dengan bermacam text book yang kadang membosankan kita.

Bagi beberapa pelajar yang mengalami masalah di area visual (kemampuan belajar dengan melihat) dan kuat di area audio (kemampuan belajar dengan mendengarkan), mereka dapat mengasah kemampuannya dengan menonton acara-acara tersebut. Keuntungan lainnya adalah, acara-acara tersebut disertai dengan fakta dan ilustrasi yang menarik berupa gambar-gambar dan rekaman peristiwa yang sebenarnya, sehingga kita bisa membayangkan dan menikmati seolah-olah hal tersebut memang benar-benar kita alami. Hal ini akan mempercepat kerja otak kita untuk menerima beberapa hal baru tentang pengetahuan. Serta meningkatkan kemampuan kita dalam berimajinasi secara kreatif.

Para orangtua yang melarang anaknya menonton televisi, karena dikhawatirkan dapat merusak mental anak, mungkin ada benarnya. Seperti yang diungkapkan Douglas Rushkoff, penulis buku Media Virus, bahwa televisi itu virus. Sebagai virus dia bisa menjadikan orang musyrik, juga bisa mencabut akar kesadaran orang dari kenyataan. Kritikus media lain menyatakan televisi sebagai candu elektronik, kotak idiot (idiot box), monster mata satu, dan lain sebagainya [2]. Memang ada beberapa acara televisi terutama acara televisi lokal yang menayangkan beberapa acara kriminal dan tindak kekerasan dalam sebuah film, yang didalamnya terdapat unsur kekerasan, pornografi dan kenakalan remaja. Beberapa kasus pelecehan seksual, pemerkosaan, perkelahian pelajar (tawuran) adalah beberapa efek buruk yang mungkin berkaitan dengan tontonan televisi yang kurang sehat dan tidak mendidik.

Dari beberapa contoh di atas, memang terdapat hal positif dan negatif dalam media televisi. Namun perlu dicermati, terutama bagi orang tua dan guru sebagai pendidik dan pembimbing utama anak bahwa mereka lah yang memegang kendali untuk mengenalkan dan memilihkan program-program acara yang sesuai serta bermuatan ilmu pengetahuan pada mereka. Dampingi mereka ketika menonton acara tersebut. Hal ini akan membantu apabila terdapat beberapa hal yang tidak mereka mengerti untuk ditanyakan kepada kita. Secara psokologis, kedekatan kita (orangtua/guru) dapat terjalin dengan baik. Nah, tunggu apalagi, bersegeralah untuk menerapkan cara ini demi terciptanya generasi yang terdidik di masa depan.

Bahan Pustaka :
[1] Ibnu Adam Avicena, Awas Virus Teve, www.rumahdunia.net.
[2] Tomy W. Taslim, Memberdayakan Sinema di Indonesia.

0 Response to "Media Televisi Sebagai Media Pembelajaran"

Posting Komentar